Selamat datang di www.NewsTeguh.co.cc

Selasa, 23 Oktober 2012

Laris di Mancanegara, Menangis di Indonesia

Produk alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia laris manis di negeri orang karena kualitas tak kalah oke. Tapi, ironinya produk dalam negeri justru dinomorduakan di negeri sendiri.
Amerika Serikat punya pesawat tempur F-16, armada  udara Sukhoi jadi kebanggaan Rusia, ada juga tank Leopard buatan Jerman yang tangguh di darat. Bukan tak mungkin suatu hari nanti produk senjata buatan Indonesia akan ikut meramaikan medan perang. Entah itu tank, kapal perang, rudal, bahan peledak, senapan serbu, atau pesawatnya.
Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin termasuk yang percaya bahwa mimpi itu tidaklah muluk amat. Apalagi, Indonesia punya banyak pabrik yang bergerak dalam industri alat utama sistem senjata (alutsista). Salah satunya, PT Pindad yang sudah memproduksi berbagai jenis senjata: senapan serbu (SS), senapan mesin, pistol, senapan runduk, meriam bahkan roket, dan rudal.
Senjata dalam negeri, tambah Tubagus, sejatinya tak kalah dengan buatan asing. Salah satunya tipe SS-2 yang punya reputasi baik di dunia internasional. "SS-2 itu memang senjata yang cukup akurat. Waktu dipakai pertandingan menembak di wilayah Asia Pasifik saja kita juara," kata Tubagus.
SS-2 juga diakui militer sejumlah negara sebagai senapan ringkas yang cocok dengan postur tentara Asia. "Dilengkapi dengan alat bidik yang akurat dan peluru ringan. Itu cocok dipakai satuan darat, kavaleri, dan lintas udara," ujarnya. Lantaran itu juga, senjata itu laris di sejumlah negara.
Selain senjata, lanjut Tubagus, pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia pun sudah diakui dunia. "CN-235 itu termasuk pesawat yang bandel,” kata dia.  Pesawat itu bisa dipakai untuk mengangkut pasukan sampai dua peleton. "Bisa juga dipakai untuk menerjunkan pasukan. Ini pesawat serbaguna. Landasannya juga cukup pendek," ujarnya. Bahkan, Spanyol pun pernah membeli burung besi tipe ini di era Presiden BJ Habibie.
Baru-baru ini, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan mengatakan Irak dan Uganda melirik senjata buatan Indonesia. Laris manis. Tubagus mengaku tak heran, sebab sejak lama senjata dan pesawat buatan Indonesia diminati sejumlah negara di Timur Tengah. "Beberapa negara memang berminat, termasuk Irak. Sebetulnya Iran juga minta senjata SS-2 itu, tapi sedang diproses di Kemenhan dan Kemenlu. Mungkin karena ada berbagai faktor politik luar negeri," ujarnya.
Tubagus menambahkan, selain itu juga ada PT PAL Indonesia yang bergerak di bidang perkapalan. “Kita dengan China juga sudah bekerja sama membuat kapal cepat rudal. Rudalnya nanti dibuat oleh China dan Indonesia. Dapat menjangkau hingga 100 kilometer. Kapal cepatnya nanti dibuat PT PAL," kata Tubagus.
Soal kualitas, memang tak kalah, banyak dilirik asing. Tapi, ironinya produk dalam negeri justru dinomorduakan di negeri sendiri. Padahal, seperti diungkap Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, revitalisasi industri pertahanan mempunyai dua target, yakni pemenuhan kebutuhan alutsista dalam negeri dan penjualan ke luar negeri.
"Memang ironis jika negara lain mau beli produk Indonesia, tapi kita malah ramai-ramai belanja ke negara lain," kata Mahfudz kepada VIVAnews, Selasa, 28 Agustus 2012.
Tubagus menyayangkan kecenderungan pemerintah yang jarang memakai produk dalam negeri inilah yang pada akhirnya melemahkan marketing produk senjata nasional. “Kenapa justru para pejabat kita pada tidak mau pakai produk dalam negeri? Kalau para pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235, tapi presiden kita mana mau? Coba kalau presiden kita mau pakai CN-235 dan para menteri juga pakai pesawat itu, pasti orang lain menjadi yakin," dia menyesalkan.
Ke depan, dia menambahkan, industri pertahanan di Indonesia akan diperkokoh secara yuridis dengan RUU Industri Pertahanan. "Kita akan meningkatkan dari CN-235 menjadi CN-295, dan TNI sudah pesan 10 pesawat."
Keberhasilan penjualan produk persenjataan made in Indonesia ini tak lepas dari peran Wakil Menteri Pertahanan RI Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin dalam melobi militer Irak dan Uganda. Hasil positif yang dipetiknya membuat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tersenyum lebar.
"Saya senang sekali, Wakil Menhan ke Irak dan menjadi tenaga marketing yang baik untuk PT DI, Pindad, dan Dahana," kata Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, 27 Agustus 2012.
Dahlan mengatakan pemesanan senjata dan pesawat dari Irak dan Uganda membuktikan kualitas produksi senjata Indonesia. Semua pesanan akan dikerjakan oleh tiga BUMN tersebut.
Beberapa waktu lalu Sjafrie berkunjung ke Irak, Uganda, dan Kongo; didampingi Dirut Pindad, Adik Avianto. Di Irak, delegasi Indonesia memamerkan persenjataan buatan Indonesia, seperti kendaraan ringan lapis baja Anoa, serta senapan SS-2.
Selain dua persenjataan itu, Irak menyatakan tertarik membeli pesawat CN-235 dan NC-212. Delegasi militer Irak bahkan berencana berkunjung ke Indonesia pada 5 Oktober mendatang untuk meninjau pabrik persenjataan.viv,ins

Ini Senjata Canggih Pabrikan Pindad
P2 dan P3 Pindad
Keunggulan unit ini adalah bentuk yang kompak, berkemampuan dan daya tahan yang tinggi. Pistol jenis ini  jadi preferensi dari berbagai kalangan pengguna. Amunisi yang digunakan adalah cal 9 x 19 mm.
Pindad juga memproduksi P3 atau pistol double action yang dirancang dengan bentuk yang ergonomik dan menggunakan intercept notch dan hammer block yang memungkinkan akurasi tinggi dalam menembak.
Pindad menjamin P3 dibuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi untuk menjamin ketepatan dan akurasi, kedua pistol tersebut dapat digunakan baik untuk single maupun double action.
Dilengkapi asesoris alat bidik, red dot, laser sight dan tactical light. Tersedia 2 tipe yaitu tipe P2 dengan caliber 9 x 19 mm untuk militer dan tipe P3 dengan caliber 7,65 x 17 mm untuk penegak hukum dan perlindungan pribadi.
Senjata Jagawana
Senjata ini khusus didesain untuk kepentingan polisi hutan. Pindad membuatnya berdasarkan senjata PM1 yang disesuaikan dengan kebutuhan aparat penegak hukum di lingkungan kehutanan.

Revolver
Revolver R1 memiliki silinder dengan kapasitas 6 peluru. Terbuat dari bahan baja paduan yang menjamin kehandalan. R1 juga dilengkapi dengan pengaman penembakan.
Unit ini dapat ditembakan dengan single dan double action, serta mempunyai bentuk yang compact dan ringkas sehingga mudah bagi pengguna untuk membawanya sehari-hari. Tersedia dalam 2 tipe masing-masing dengan dengan panjang laras 2 " dan 4. "
Revolver ini sesuai untuk aparat penegak hukum yang memerlukan kehandalan, ketetapan, dan kekuatan.  Ringkas, ringan, daya tahan dan ketepatan dari senjata ini menjadikannya ideal untuk digunakan untuk penegak hukum.
SAR-2
Senapan laras licin SAR-2 digunakan untuk menembakan amunisi gas air mata maupun karet kaliber 38 mm. Pindad telah mengembangkan berbagai produk khusus penegak hukum, khususnya untuk anti huru-hara dan alat pelindung diri bagi penegak hukum, meliputi senapan laras licin SAR-1 dan SAR-2, pistol isyarat P1, adapter pelontar granat PGT, borgol, helm tongkat, tameng, dan rompi.
Hotgun Professional Magnum
Senjata penegak hukum dengan kecepatan dan ketepatan tinggi. Senjata ini memiliki bobot 2,85 kilogram.

Senapan Mesin
Jenis ini ada dua tipe, yakni SPM2-V1 Kal. 7.62 x 51 mm dan SPM2-V2 Kal. 7.62 x 51 mm.

SPM2-V1
Senapan mesin sedang SPM2-V1 dengan inovasi desain laras beratur mampu tahan hingga lebih 3575 tembakan tanpa dibersihkan. Kehandalan bahan laras EN 26 dengan proses swaging dan bagian dalam dilapisi hard chroom membuat umur pakai lebih lama dibanding senjata sejenis lainnya. Dilengkapi tripod yang mampu memutar sebaran hingga 64 dan sebaran dalam +7,5 hingga -7,5 dibuat dengan konstruksi yang ringan, mudah dioprasikan.

SPM2-V2
Senapan mesin ringan SPM2-V2 dengan inovasi desain laras beralur mampu tahan hingga lebih 3600 tembakan tanpa dibersihkan. Umur pakai unit ini pun tergolong lama dibandingkan jenis lain.

Pelontar Geranat
SPG1 dirancang khusus dengan tampilan laras lebih pendek dan sangat cocok untuk tugas tugas penyamaran. Senapan pelontar Granat SPG1 kal. 40 mm dengan daya dobrak tinggi untuk sasaran area. Rumah mekanik terbuat dari alumunium pilihan dengan proses machining menjadikan senjata ringan. Laras unit ini diproses hard anodaizing untuk menambah kekuatan umur pakai. Cara bongkar pasang yang cukup mudah.

Senapan Serbu (SS1 dan SS2)
SS1 adalah senapan serbu kaliber 5,56 x 45 mm yang memiliki akurasi tinggi dan handal dengan menggunakan popor lipat sehingga fleksibel untuk digunakan sesuai kebutuhan di segala medan.
Senjata ini dapat dilengkapi dengan berbagai aksesoris, antara lain silencer, telescope, sangkur, berbagai tipe pelontar granat, dan lain-lain. Senapan ini juga telah dikembangkan menjadi berbagai tipe sesuai dengan medan operasi, yaitu tipe standar, marinized, dan raider, baik untuk laras panjang, karaben maupun laras pendek.
Tipe Marinized dikembangkan khusus untuk marine condition dan swap condition, sedangkan tipe raider dikembangkan untuk medan tempur khusus.

Aneh! Indonesia Masih Impor Alutsista
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengungkapkan Irak dan Uganda memesan persenjataan dan pesawat buatan Indonesia. Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menilai hal ini menjadi ironi sebab Indonesia sendiri masih mengimpor senjata dan pesawat dari luar negeri.
Menueut data di 2011, Kementerian Pertahanan harus mendatangkan alutsista dari luar negeridengan nilai mencapai Rp 800 miliar.
Padahal, revitalisasi industri pertahanan mempunyai dua target, yakni pemenuhan kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri dan penjualan ke luar negeri. "Memang ironi jika negara lain mau beli produk Indonesia, tapi kita ramai-ramai belanja ke negara lain," kata Mahfudz dalam pesan singkatnya.
 Mahfudz menilai Indonesia melalui sejumlah industri pertahanan punya kemampuan memproduksi dan mengembangkan alutsista modern, seperti senjata SS-1 dan SS-2. Dua alutsista pabrikan Pindad tersebut sangat diminati di luar negeri.
Sayangnya, kata dia, perhatian pemerintah masih lemah terhadap Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP), yang 'dibunuh' sejak 14 tahun lalu. "Perhatian Kemeneg BUMN untuk menyehatkan mereka secara korporasi juga masih lemah."
Oleh karena itu, melalui Rancangan Undang-Undang Industri Pertahanan, DPR menjanjikan kebijakan dan roadmap jelas untuk merevitalisasi industri pertahanan nasional. viv

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7ac781f037c7e621819fc3bf05db43d6&jenis=d645920e395fedad7bbbed0eca3fe2e0

0 komentar:

Posting Komentar

Sport News

News Update

National Days Calender

Converter

Popular Posts